Intisari Diskusi
Jumat, 22 September 2023

Ganjar dan Prabowo Mencari Cawapres: Golkar "The Game Changer"

Sementara itu, dua koalisi lainnya—pengusung capres Ganjar dan capres Prabowo—masih mencari cawapres. Masing-masing koalisi ini punya daftar nama cawapres yang potensial.

Cawapres potensial yang diusung Koalisi Ganjar yaitu Mahfud MD, Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Andika Perkasa. Sementara nama yang diusung Koalisi Prabowo yaitu Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Yusril Ihza Mahendra, hingga Yenny Wahid. Bahkan nama Gibran Rakabuming Raka juga masuk dalam radar koalisi ini. Seluruh nama ini diusung oleh parpol pengusung maupun pendukung koalisi, demikian pula nonparpol.

Dari upaya pencarian cawapres, yang menarik adalah posisi Golkar di koalisi gemuk Prabowo—yang disebut Koalisi Indonesia Maju (KIM). Sikap Golkar yang tampak “diam” padahal berpeluang menjadi “The Game Changer”menjadi sorotan dalam diskusi yang digelar PARA Syndicate dan Lingkar Madani (LIMA) Indonesia di Jakarta Selatan, Jumat, 22 September 2023.

Menurut Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo, posisi Golkar sebetulnya istimewa. Hal ini mengingat parpol tersebut selalu meraih suara di tiga besar setiap Pemilu dan memiliki jumlah kursi tertinggi ke dua (85 kursi) di DPR RI. Namun, Golkar terkesan “duduk manis” di Koalisi Prabowo yang belum mendeklarasikan cawapresnya.

Ari mengatakan bahwa Airlangga mestinya masuk dalam “top list” cawapres Koalisi Prabowo, terlepas dari elektabilitasnya. Ia merasa janggal bila Golkar tetap di koalisi kalau Airlangga tak dipilih jadi cawapres. “Karena manuver Golkar biasanya selalu lincah dan sangat dinamis,” katanya.

Semestinya, lanjut Ari, Golkar bisa ke PDI-P atau bikin poros baru. Kalau ke PDI-P, wacana pembentukan koalisi besar—yang dicetuskan parpol pendukung pemerintahan Jokowi—itu menguat. Atau bikin poros baru bersama PAN. Pilihan ini akan berujung pada penambahan atau penurunan jumlah poros koalisi.

Golkar bisa ke PDI-P atau bikin poros baru. Kalau ke PDI-P, wacana pembentukan koalisi besar—yang dicetuskan parpol pendukung pemerintahan Jokowi—itu menguat. Atau bikin poros baru bersama PAN. Pilihan ini akan berujung pada penambahan atau penurunan jumlah poros koalisi.

“Sementara itu, kalau Golkar bertahan di Koalisi Prabowo, kemungkinan ada kekuatan politik entah dalam konteks ini cawe-cawe atau sandera politik yang mengondisikan Golkar harus bersama Prabowo,” duga Ari. “Jadi, sikap diam Golkar dalam rangka mencapai target politik (mengurangi atau menambah poros) atau sandera?”

Aditya Perdana, Direktur Eksekutif Algoritma, menambahkan bahwa Golkar pasti mendorong narasi melanjutkan pemerintahan. Apalagi, dalam kesejarahan Golkar, partai ini selalu di dalam pemerintahan. “Sehingga nggak mungkin di Koalisi Anies. Pilihan Golkar cuma Koalisi Ganjar atau Prabowo,” lanjutnya.

Adapun sikap diam Golkar, menurut Aditya, menunjukkan kecerdasan parpol tersebut. “Dia diam-diam sedang memperhitungkan secara cermat. Dia tahu tahu nggak banyak hal yang bisa didapat, tapi paling tidak, dia existing di pemerintahan.”

Ia menambahkan bahwa pilihan yang paling rasional dan paling mungkin bagi Golkar yaitu “menjadi menteri. Setidaknya ada di status quo.”

Pada kesempatan yang sama, Direktur LIMA Indonesia Ray Rangkuti mengatakan bahwa Golkar bakal tetap bersikukuh menjadikan Airlangga sebagai cawapres di Koalisi Prabowo. Sebab ini sebagaimana arah rakernas Golkar yang mendorong Airlangga “menjadi capres atau cawapres”.

Lebih jauh, Ray memprediksi bahwa tak lama lagi Prabowo akan mendeklarasikan cawapresnya dan Ganjar akan menyusul.

“Prabowo kemungkinan deklarasikan cawapresnya September akhir. Kalau cawapres Ganjar bisa jadi akan dideklarasikan Oktober,” lanjut Ray.

[Tim PARA Syndicate]