Intisari Diskusi
Senin, 28 Agustus 2023

Ganjar Rebound, Elektabilitas Merangkak Naik, Apakah Jokowi Melirik?

Diskusi ini merupakan respons terhadap pergeseran tren elektabilitas bakal calon presiden (bacapres), di mana Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya pada Mei lalu disalip Prabowo Subianto, kini menjadi unggul. Untuk diketahui, survei Kompas per Mei 2023 lalu menunjukkkan elektabilitas Ganjar sebesar 22,8%, sementara Prabowo unggul di 24,5%. Teranyar, per Agustus 2023, elektabilitas Ganjar sebesar 34,1% dan artinya melampaui Prabowo yang elektabilitasnya 31,3%.

Dalam diskusi ini turut hadir tiga narasumber yakni Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan Eriko Sotarduga, Direktur LIMA Indonesia Ray Rangkuti, dan Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo.

Di awal diskusi, Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan bahwa elektabilitas Ganjar dan Prabowo tengah berkejar-kejaran dan ini mengindikasikan pertarungan sengit keduanya. Adapun elektabilitas Ganjar yang saat ini “rebound” atau bangkit kembali, lanjutnya, disebabkan oleh sejumlah faktor.

“Pertama, karena faktor kekuatan figur di mana Ganjar tampak lebih genuine dan orisinal di mata publik ketimbang Prabowo. Lalu yang kedua itu kedua itu efek Jokowi,” tutur Ari. Ia menambahkan bahwa meski Jokowi tampak ‘mengayun’ antara Ganjar-Prabowo—yang mengaku akan menerusakan program Jokowi, DNA politik Jokowi kuat sehingga presiden petahana ini cenderung mengarahkan pilihannya ke Ganjar yang sama-sama dari PDI-P.

Adapun faktor yang ketiga ialah kehadiran bacapres Anies Baswedan, yang diusung oleh koalisi oposan yaitu Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Menurut Ari, kehadiran Anies akan memecah suara pemilih Prabowo, di mana pemilih Prabowo cenderung memilih Anies.

Adapun faktor Ganjar “rebound” yang terakhir, menurut Ari, saat ini internal PDI-P cenderung terkonsolidasi. “PDI-P tampaknya ingin ‘mengamankan rumah dulu, baru menundang tamu’, dan sekarang memang cenderung terkonsolidasi di internal,” kata Ari. Namun, ia mengingatkan bahwa jika terus demikian, maka kurang bagus untuk komunikasi ke publik.

Survei Kompas per Mei 2023 lalu menunjukkkan elektabilitas Ganjar sebesar 22,8%, sementara Prabowo unggul di 24,5%. Teranyar, per Agustus 2023, elektabilitas Ganjar sebesar 34,1% dan artinya melampaui Prabowo yang elektabilitasnya 31,3%.

Di samping keempat faktor itu, Direktur LIMA Indonesia Ray Rangkuti menambahkan bahwa faktor lain yang mengerek elektabilitas Ganjar yaitu perubahan pendekatan komunikasi PDI-P.

“PDI-P mulanya cenderungan menunggu dikunjungi, bahkan menyebut Ganjar sebagai ‘petugas partai’ yang terdengar mengecilkan peran presiden,” ujar Ray. “Ternyata disebutkan, ‘petugas partai untuk kepentingan bangsa’ ini lebih dimoderasi, menyebut Ganjar tak dimiliki sendiri.”

Faktor lainnya yaitu mesin PDI-P mulai bergerak, di mana Juli dan Agustus Ganjar mengorbit ke publik dengan karakter khasnya. Selain itu, gestur Jokowi belakangan ini cenderung ke tengah setelah ‘mengayun’ antara Ganjar dan Prabowo.

Hal lain yang juga menjadi faktor, saat ini pemilih pemilu tampak rasional sehingga tak semata-mata mengikuti bacapres pilihan Jokowi. “Terakhir, meningkatnya pemilih milenial ke Ganjar. Sebelumnya, milenial ini ke Prabowo,” lanjut Ray.

Di kesempatan yang sama, Ketua DPP PDI-P Eriko Sotarduga tak memungkiri bahwa figur Ganjar yang genuin dan orisinal turut mendongkrak elektabilitas. Demikian halnya terkait soliditas internal PDI-P.

“PDI-P harus semakin solid, dan di saat yang bersamaan, tak mengabaikan komunikasi eksternal dengan partai politik lain bahkan rakyat,” tambahnya.

Eriko menyebutkan bahwa PDI-P saat ini masih fokus untuk konsolidasi internal. Adapun upaya yang telah dilakukan PDI-P seperti menempel stiker di rumah penduduk dan bekerja sama dengan relawan. Berkat upaya-upaya tersebut, menurutnya, elektabilitas Ganjar terkerek menjadi unggul setelah sempat disalip Prabowo.

“Ini saja sudah ‘rebound’, meski kami masih fokus konsolidasi internal, merapatkan barisan,” katanya. Meski begitu, ia mengatakan bahwa pihaknya saat ini belum menang karena nanti akan ada tantangan baru. “Bulan September nanti adalah pertarungan sesungguhnya, setelah Ganjar tak lagi jadi gubernur,” imbuhnya.

[Tim PARA Syndicate]