Intisari Diskusi
Jumat, 20 Oktober 2023

Pendaftaran Capres Dibuka, Perlombaan Pilpres Dimulai: Ke Mana Arah Politik Jokowi?

Hingga saat ini, anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi kandidat terkuat. Meskipun elektabilitas Gibran kalah dari Erick Thohir (PAN) dan Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur)—yang juga masuk ke bursa cawapres Prabowo.

Berangkat dari situasi itu, PARA Syndicate menggelar diskusi pada Jumat, 20 Oktober 2023, di Kantor PARA Syndicate, Jakarta Selatan. Para narasumber menyampaikan pandangannya, termasuk membaca arah politik Jokowi.

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan bahwa saat ini Jokowi dipersepsikan mendukung Prabowo. Utamanya setelah Jokowi hadir di acara relawan Projo—yang kemudian menyatakan dukungan kepada Prabowo pada Sabtu (14/10). Pun setelah pengumuman putusan MK memuluskan Gibran menjadi cawapres Prabowo pada Senin (16/10).

Ari melanjutkan bahwa efek Jokowi atau endorsement Jokowi berpengaruh lebih kuat terhadap elektabilitas Prabowo, ketimbang dua capres lain yaitu Anies dan Ganjar. “Jadi, tak heran kalau anak Jokowi, Gibran, ditargetkan menjadi cawapres,” ujarnya.

Mengutip hasil survei Litbang Kompas per Agustus 2023, efek Jokowi memberi tambahan elektoral kepada Prabowo sebesar 3,8 persen dan Anies 1,4 persen. Sementara itu, penambahan pada elektoral Ganjar hanya sebesar 0,8 persen.

“Tapi Prabowo tak segera mendeklarasikan Gibran sebagai cawapres karena muncul gelombang protes terhadap dinasti politik… Jadi, koalisi Prabowo tampaknya berpikir ulang,” sambung Ari.

Peneliti Exposit Strategic Arif Susanto menambahkan bahwa terlalu banyak parpol dalam koalisi membuat Prabowo kesulitan mengambil keputusan “untuk menentukan figur yang melengkapi dirinya.”

Perihal arah politik Jokowi, Arif menekankan pentingnya hal tersebut. Pasalnya, tingkat kepuasan publik atau “approval rating” Jokowi terbilang tinggi di sejumlah hasil survei terakhir. “Sehingga publik akan mengharapkan capres yang Jokowi dukung,” sambungnya.

Menurut Arif, sejak November 2022, Jokowi tampak mendukung Ganjar. Namun, memasuki 2023, Jokowi “lebih sering ke Prabowo” dan seolah mendukung capres ini.

Jokowi dipersepsikan mendukung Prabowo. Utamanya setelah Jokowi hadir di acara relawan Projo—yang kemudian menyatakan dukungan kepada Prabowo pada Sabtu (14/10). Pun setelah pengumuman putusan MK memuluskan Gibran menjadi cawapres Prabowo pada Senin (16/10).

Adapun peneliti FORMAPPI Lucius Karus menuturkan bahwa jadi atau tidaknya Gibran menjadi cawapres Prabowo akan menentukan arah politik Jokowi. “Kalau Jokowi dukung Gibran, artinya dia dukung Prabowo,” lanjutnya.

Lucius menyoroti sikap Jokowi yang mengklaim mendukung PDI-P dan Ganjar. PDI-P sendiri bingung dan minta media untuk tanya arah dukungan Jokowi. Ia menambahkan, “mungkin PDIP dan Ganjar akan melepaskan diri dari Jokowi.”

Direktur Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti pun mengatakan hal serupa. Dengan ketidakhadiran Jokowi di deklarasi (18/10) dan pendaftaran (19/10) Ganjar-Mahfud, PDIP menganggap figur Jokowi bukan faktor penting. “PDIP tak lagi di bawah bayang-bayang Jokowi,” lanjut dia.

Arif pun turut memprediksi ke depannya hubungan Jokowi dan Megawati, selaku sesama kingmaker, akan retak. Di waktu yang sama, protes dari masyarakat terhadap dinasti politik dan Jokowi tak bisa dihindari.

“Selanjutnya, kepuasaan publik akan menurun di rilis survei yang akan datang. Lalu efek Jokowi tak lagi relevan,” tutur Arif.

Senada, Ray mengatakan bahwa akan ada kerawanan di penghujung pemerintahan Jokowi, sehingga pendukung Jokowi saat ini mengkritik Jokowi. “Tingkat kepuasan bisa menurun di hasil survei selanjutnya.”

Lebih lanjut, Ari memprediksi apabila Gibran tetap melenggang ke bursa Pilpres, ada konsekuensi bagi Koalisi Prabowo. “Gibran harus ‘di-Golkar-kan’ terlebih dahulu. Kalau tidak ‘di-Golkar-kan’, maka Golkar berpotensi keluar dari koalisi dan membentuk poros baru,” lanjutnya.

Analisis Ari bertolak dari fakta bahwa “Golkar itu partai besar.” Dibandingkan dengan Gerindra—yang diketuai Prabowo, kursi Golkar di DPR RI lebih banyak. Gerinda 78 kursi, Golkar 85 kursi. “Kursi Golkar di DPR itu kedua terbesar di DPR RI,” sambungnya.

{Tim PARA Syndicate]