Intisari Diskusi
Jumat, 28 Oktober 2022

Pendeklarasian Capres Secara Premature oleh Nasdem Berpotensi Memecah Belah Indonesia

Syndicate Forum – Forum Diskusi Publik

Hal itu kemudian disusul oleh kepastian Presiden Joko Widodo (Widodo) untuk melakukan perombakan kabinet atau reshuffle. Namun, Jokowi belum memutuskan waktunya.

Tindakan Partai Nasdem itu pun turut memanasi situasi politik nasional menuju Pemilu 2024. Perihal arah koalisi jadi dipertanyakan, bahkan ada potensi politik identitas gencar mencuat.

Merespons situasi itu, PARA Syndicate menggelar diskusi bertajuk “PDIP vs Nasdem: Ojo Dibandingke?” di Jalan Wijaya Timur, Jakarta Selatan, Kamis (27/10). Diskusi ini juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube PARA Syndicate.

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan bahwa Partai Nasdem terlalu cepat mendeklarasikan capres secara resmi. Pasalnya, rencana pendeklarasian capres secara resmi ialah bulan November.

“Tapi Nasdem mencapreskan (resmi) bulan Oktober, bahkan sebelum jabatan Anies habis,” ujar Ari.

“Apakah pencapresan Partai Nasdem mengganggu? Paling tidak, sedikit banyak mengganggu karena sudah mulai ada referensi politik yang berbeda. dan jadi langsung berpikir ke Pemilu 2024,” katanya. Ia mengingatkan bahwa hal ini berpotensi memecah dan mengganggu fokus Indonesia, yang saat ini harus menghadapi pandemi krisis ekonomi, hingga persiapan G20.

Perihal soliditas kabinet, yang juga diisi oleh politisi Partai Nasdem, pun jadi bahasan. Untuk diketahui, saat ini ada tiga menteri asal Partai Nasdem di Kabinet Indonesia Maju 2022 yaitu Menteri Pertanian, Menteri Komunikasi dan Informatika, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Akan lebih baik jika Nasdem mengundurkan diri dari kabinet daripada menunggu waktu reshuffle. Kalau memang ingin ‘keluar’ dari pemerintahan Pak Jokowi

Ari bahkan mengamini bahwa reshuffle pasti terjadi. Menurutnya, menteri yang kemungkinan akan digeser ialah Menteri Pertanian.

Senada dengan Ari, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti menambahkan bahwa reshuffle akan terjadi paling lambat Februari 2013. “Saya menduga akan ada dua menteri dari Nasdem yang akan diganti yaitu Menteri Kominfo dan Menteri Pertanian,” sambungnya.

Ia menambahkan bahwa akan lebih baik jika Nasdem mengundurkan diri dari kabinet daripada menunggu waktu reshuffle. “Kalau memang ingin ‘keluar’ dari pemerintahan Pak Jokowi,” imbuhnya.

Lebih jauh, Ray mengatakan bahwa hubungan Partai Nasdem dan Jokowi akan retak. “Ini persoalan waktu saja, bisa retak sekarang atau nanti. Paling lama, retaknya itu akan terlihat di Februari 2023 menyusul reshuffle.”

Di kesempatan yang sama, peneliti dari Exposit Strategic Arif Susanto berpendapat bahwa pencapresan Anies oleh Nasdem bisa memperkuat politik kebencian atau polarisasi politik. Belum lagi, Anies Baswedan sempat terlibat di Pilkada 2017 yang sarat akan polarisasi politik—misalnya, dengan membawa agama.

Namun demikian, ia memastikan polarisasi politik memang pasti akan terjadi kapan pun. Dalam menghadapi hal ini, yang terpenting adalah “bagaimana cara mengelola polarisasi,” lanjutnya. “Jika basis polarisasi digeser ke persoalan program, maka polarisasi akan lebih sehat.”

Menyoal polarisasi politik sendiri, Arif memaparkan bahwa ada empat hal yang memungkinkan hal itu terjadi. Pertama, apabila selisih persentase elektabilitas antarcaper-cawapres tipis. Kedua, jika tak ada perbedaan program.

Ketiga, saat ada sentimen primordial. “Terakhir, saat krisis apa pun, termasuk krisis ekonomi, politik, dan sebagainya,” imbuh dia.

[Tim PARA Syndicate]