Peran Indonesia di Tengah Persaingan AS-China di Asia-Pasifik
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia yang terletak secara strategis di antara Samudra Hindia dan Pasifik, merupakan pemain penting dalam perimbangan kekuatan di kawasan ini.
Indonesia secara historis menganut kebijakan luar negeri ‘bebas dan aktif’. Meningkatnya persaingan antara negara adidaya AS dan China telah menempatkan Indonesia pada posisi genting.
Selama beberapa dekade, Indonesia mempertahankan hubungan yang secara umum harmonis dengan China dan AS. Indonesia menerima investasi dan bantuan dari keduanya sambil berkolaborasi di berbagai sektor seperti perdagangan, pendidikan, dan teknologi.
Indonesia biasanya menahan diri untuk tidak memihak dalam sengketa teritorial Laut China Selatan, meskipun Indonesia menghadapi tantangan dengan China di perairan dekat Kepulauan Natuna. Persaingan strategis antara AS dan China di Asia-Pasifik memperkenalkan dinamika baru.
Pendekatan proaktif China, menggunakan latihan militer bersama sebagai alat kebijakan luar negeri, menandakan pergeseran lanskap geopolitik regional. China bertujuan untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara tetangga melalui latihan-latihan itu, untuk melawan ekspansi militer AS.
Strategi itu mencakup negara-negara seperti Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, yang masing-masing sangat penting dalam strategi regional China yang lebih luas. Namun, penting untuk diketahui bahwa Indonesia tetap tidak terlibat dalam latihan militer bersama itu, baik dengan China maupun AS.
Netralitas itu menggarisbawahi kebijakan luar negeri Indonesia yang ‘bebas dan aktif’, yang telah menjadi ciri khas sejak kemerdekaannya.
Pandangan ASEAN dan Ketegangan di Kawasan
Selain itu, meskipun Indonesia terlibat dalam latihan militer bilateral dengan AS dan China, Indonesia secara konsisten menolak aliansi atau blok militer formal apapun. Indonesia lebih memilih untuk memperkuat hubungan diplomatik melalui organisasi-organisasi seperti Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Meningkatnya persaingan dan kehadiran militer yang meningkat di kawasan tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi Indonesia. Sebagai anggota kunci ASEAN, Indonesia berkepentingan untuk mempertahankan sentralitas kelompok ini dalam arsitektur keamanan regional dan memastikan bahwa kawasan ini tetap bebas dari dominasi kekuatan eksternal.
Prinsip ASEAN untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan penyelesaian sengketa secara damai merupakan nilai-nilai yang diprioritaskan Indonesia. Dalam konteks ini, Indonesia lebih memilih “kerja sama Indo-Pasifik” daripada “persaingan Indo-Pasifik.” Itu sebuah pendekatan yang memandu navigasi melalui perubahan geopolitik yang sedang berlangsung.
Preferensi tersebut terlihat jelas dalam upaya Indonesia mempromosikan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, yang menekankan inklusivitas, kerja sama, dan tatanan berbasis aturan, yang bertentangan dengan persaingan kekuatan besar.
Pergeseran dinamika lanskap keamanan Asia-Pasifik, yang diakibatkan persaingan strategis antara China dan AS, menimbulkan tantangan yang signifikan bagi Indonesia. Selain berusaha untuk menyeimbangkan hubungannya dengan kedua negara adidaya tersebut, Indonesia juga bertujuan untuk mempertahankan sentralitas dan persatuan ASEAN di tengah tekanan yang meningkat.
Indonesia, dan bisa dibilang negara-negara anggota ASEAN lainnya, tidak berfokus pada pemilihan sisi, tetapi pada pengembangan tatanan regional yang terbuka, inklusif, dan berbasis aturan. Pendekatan ini menekankan koeksistensi dan kerja sama yang damai di atas persaingan dan konflik.
Meningkatnya ketegangan dan persaingan di kawasan ini semakin menggarisbawahi perlunya negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memajukan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik. Kerangka kerja ini mendorong dialog dan kerja sama, pendekatan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi ketegangan yang meningkat.
Namun, mengimplementasikan Pandangan ASEAN merupakan suatu tantangan. Perbedaan perspektif dan kepentingan di antara negara-negara anggota dan tekanan dari negara-negara besar dapat menghambat kemajuannya.
Ketika China meningkatkan latihan militer bersama dengan negara-negara Asia Tenggara dan AS meningkatkan kehadiran militernya di Asia Pasifik, persaingan strategis antara kedua negara adidaya ini berpotensi memecah belah kawasan ini. Perpecahan ini dapat memaksa negara-negara untuk memilih sisi, sebuah situasi yang ingin dihindari Indonesia dan ASEAN, dengan komitmen lama mereka terhadap netralitas dan perdamaian.
Karena itu, Indonesia bertujuan untuk mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang kooperatif dan inklusif di mana kepentingan semua negara, baik besar maupun kecil, dihormati dan dipertimbangkan. Strategi ini termanifestasi dalam kebijakan luar negeri dan upaya diplomatik Indonesia.
Sebagai contoh, Indonesia telah mengadvokasi penyelesaian sengketa Laut China Selatan melalui dialog berdasarkan hukum internasional, khususnya Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Indonesia juga memainkan peran utama dalam menyusun Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik, yang menekankan sentralitas ASEAN, inklusivitas, penghormatan terhadap hukum internasional, serta mendorong kerja sama dan dialog untuk mengatasi konflik dan perpecahan.
Peran Indonesia sebagai mediator dan pembangun konsensus sangat penting dalam menghadapi persaingan strategis yang semakin meningkat antara AS dan China. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar dan terpadat di Asia Tenggara, Indonesia memiliki pengaruh yang cukup besar di ASEAN dan kawasan yang lebih luas.
Tantangan dan Peluang
Peran Indonesia sebagai mediator dan pembangun konsensus sangat penting dalam menghadapi persaingan strategis yang semakin meningkat antara AS dan China. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar dan terpadat di Asia Tenggara, Indonesia memiliki pengaruh yang cukup besar di ASEAN dan kawasan yang lebih luas.
Selain itu, komitmen Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai dan non-blok memungkinkan Indonesia untuk bertindak sebagai perantara yang jujur, membantu mengurangi ketegangan dan mempromosikan dialog. Pada saat yang sama, meningkatnya persaingan antara AS dan China menempatkan Indonesia pada posisi yang menantang.
Indonesia harus mengelola hubungan ekonominya dengan China, salah satu mitra dagang terbesar dan sumber utama investasi, sambil mempertahankan kerja sama keamanan dengan AS, yang merupakan mitra strategis yang signifikan.
Menciptakan keseimbangan antara kedua negara adidaya ini sambil mempertahankan otonomi dan melindungi kepentingan nasionalnya merupakan pekerjaan rumah bagi Indonesia. Namun demikian, strategi diplomatik Indonesia dalam dilema ini jelas: Indonesia terus memperkuat hubungannya dengan kedua negara adidaya tersebut sambil menghindari menjadi pion dalam persaingan mereka.
Strategi ini terlihat dari keputusan Indonesia untuk terus menerima investasi China untuk pembangunan infrastruktur dan menyambut investasi AS di sektor-sektor lain, seperti teknologi dan energi. Demikian juga, Indonesia mempertahankan kerja sama keamanan dengan AS sambil melakukan keterlibatan militer-ke-militer dengan China.
Selain itu, Indonesia terus memperkuat perannya di ASEAN dan mendukung sentralitas kelompok ini dalam tatanan regional. Indonesia percaya bahwa ASEAN yang bersatu dan kohesif dapat memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, terlepas dari persaingan strategis antara AS dan China.
Posisi ini juga sejalan dengan visi Indonesia yang lebih luas untuk menjadi poros maritim global, yang membayangkan negara ini sebagai aktor penting dalam domain maritim yang menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik.
Singkatnya, persaingan strategis antara AS dan China di Asia-Pasifik menghadirkan tantangan dan peluang bagi Indonesia. Meskipun hal ini meningkatkan tekanan geopolitik Indonesia, hal ini juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat peran diplomatiknya dan menegaskan kepentingannya dalam tatanan regional.
Pada akhirnya, keberhasilan strategi Indonesia akan bergantung pada kemampuannya untuk menjaga keseimbangan: terlibat secara konstruktif dengan kedua negara adidaya, memperkuat ASEAN, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai dan non-blok.
Ke depan, peran Indonesia dan ASEAN dalam menjaga stabilitas regional menjadi lebih penting dari sebelumnya. Di tengah-tengah meningkatnya persaingan antara AS dan China, ASEAN harus memastikan bahwa ASEAN tetap menjadi medan persaingan kekuatan besar.
Sebaliknya, ASEAN harus memanfaatkan posisinya untuk mempromosikan tatanan regional yang damai, kooperatif, dan inklusif. Menavigasi arus geopolitik yang bergeser ini akan membutuhkan manuver yang cermat dari Indonesia dan aktor-aktor regional lainnya. Masa depan masih belum pasti, dan bagaimana keseimbangan yang genting ini akan bertahan di tahun-tahun mendatang masih harus dilihat.
Satu hal yang jelas, persaingan strategis antara China dan AS akan terus membentuk lanskap geopolitik di kawasan Asia Pasifik. Karena itu, Indonesia dan mitra-mitra regionalnya harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang bebas, aktif, dan non-blok.
(Tulisan ini sudah diterbitkan di kompas.com dengan judul yang sama [https://www.kompas.com/global/read/2023/06/05/161137670/peran-indonesia-di-tengah-persaingan-as-china-di-asia-pasifik] pada Senin, 5 Juni 2023)
Virdika Rizky Utama