Sejarawan dan Kecerdasan Buatan
Namun, seiring kemajuan teknologi, ada kebutuhan yang semakin besar bagi sejarawan untuk menggunakan alat dan metodologi baru yang dapat membantu mereka lebih memahami masa lalu dan dampaknya pada masa kini.
Salah satu alat tersebut adalah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
AI telah memberikan dampak signifikan di banyak bidang, mulai dari kedokteran, keuangan hingga transportasi.
Sejarawan juga mulai mengeksplorasi potensi AI untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis kumpulan data besar dari informasi historis, peneliti dapat mengungkap wawasan dan koneksi baru yang mungkin tidak terlihat menggunakan metode penelitian tradisional.
Salah satu aplikasi AI yang paling menjanjikan dalam penelitian sejarah adalah di bidang humaniora digital.
Humaniora digital adalah penggunaan alat dan metode komputasi untuk menganalisis dan menafsirkan artefak budaya, seperti sastra, seni, dan musik.
Dengan AI, sejarawan dapat menganalisis koleksi besar sumber primer digital, seperti surat kabar, surat, dan dokumen pemerintah, untuk mengidentifikasi pola dan tren yang mungkin terlewatkan oleh peneliti manusia.
Dalam kelas mahasiswa pascasarjana sejarah di Universitas Shanghai Jiao Tong University, Tiongkok—yang pernah saya ikuti saat berkuliah Ilmu Politik— dicontohkan bagaimana sejarawan yang menggunakan AI menganalisis banyak koleksi surat-surat di masa perang saudara Tiongkok 1912–1949.
Tujuannya untuk lebih memahami pengalaman tentara di medan perang atau yang lebih kuno, surat-surat di zaman dinasti Song.
Dengan menganalisis bahasa dan sentimen surat-surat itu, para peneliti dapat memperoleh wawasan baru tentang beban emosional perang dan cara tentara mengatasi trauma.
AI juga dapat membantu sejarawan mengidentifikasi hubungan yang sebelumnya tidak diketahui antara tokoh atau peristiwa sejarah, serta memberikan konteks baru untuk cerita terkenal.
Tentu saja, ada tantangan untuk menggunakan AI dalam penelitian sejarah. Salah satu rintangan terbesar adalah kebutuhan data berkualitas tinggi.
Algoritma pembelajaran mesin mengandalkan kumpulan data yang besar dan beragam untuk mengidentifikasi pola dan membuat prediksi. Jika data tidak lengkap atau bias, maka hasilnya bisa tidak akurat atau menyesatkan.
Oleh karena itu, sejarawan harus berhati-hati untuk memastikan bahwa data yang mereka gunakan akurat dan mewakili periode sejarah yang mereka pelajari.
Tantangan lain adalah kebutuhan akan keterampilan teknis khusus. Sejarawan yang ingin menggunakan AI dalam penelitiannya harus memiliki pemahaman dasar tentang algoritma pembelajaran mesin dan bahasa pemrograman.
Ini bisa menjadi penghalang yang signifikan bagi peneliti yang tidak terlatih dalam ilmu komputer atau analisis data.
Terlepas dari tantangan ini, manfaat penggunaan AI dalam penelitian sejarah sangat signifikan. AI tidak hanya dapat membantu sejarawan mengungkap wawasan dan koneksi baru, tetapi juga dapat menghemat waktu dan sumber daya.
Meskipun ada tantangan untuk menggunakan AI dalam penelitian sejarah, manfaatnya signifikan, termasuk menghemat waktu dan sumber daya, membuat penelitian lebih mudah diakses, serta mengatasi bias dan keterbatasan dalam penelitian tradisional.
Dengan mengotomatiskan tugas seperti pembersihan dan analisis data, peneliti dapat berfokus pada aspek pekerjaan mereka yang lebih kreatif dan menantang secara intelektual.
Selain itu, AI dapat membantu sejarawan membuat penelitian mereka lebih mudah diakses oleh khalayak lebih luas.
Salah satu tantangan penelitian sejarah adalah menyajikan informasi yang kompleks dengan cara mudah dipahami oleh non-ahli.
Dengan menggunakan AI untuk membuat visualisasi interaktif atau presentasi multimedia, sejarawan dapat melibatkan audiens yang lebih luas dan membuat penelitian mereka lebih menarik dan mudah diakses.
AI juga dapat membantu sejarawan mengatasi beberapa bias dan keterbatasan penelitian sejarah tradisional.
Sejarawan telah lama dikritik karena terlalu fokus pada pengalaman elite dan mengabaikan suara kelompok yang terpinggirkan.
Dengan menggunakan AI untuk menganalisis kumpulan data besar dari informasi historis, peneliti dapat mengidentifikasi pola dan tren yang mungkin terlewatkan oleh metode penelitian tradisional.
Ini dapat membantu sejarawan lebih memahami pengalaman kelompok yang kurang terwakili dan memberikan pandangan sejarah yang lebih bernuansa dan inklusif.
Namun, penting untuk dicatat bahwa AI tidak boleh dipandang sebagai pengganti sejarawan manusia.
Sementara AI dapat membantu mengidentifikasi pola dan koneksi, tergantung pada peneliti manusia untuk menginterpretasikan hasil dan mengontekstualisasikannya dalam periode sejarah yang mereka pelajari.
AI harus dilihat sebagai alat yang dapat membantu sejarawan lebih memahami masa lalu, bukan sebagai pengganti kecerdasan dan keahlian manusia.
Selain itu, sejarawan juga harus mempertimbangkan implikasi etis penggunaan AI dalam penelitian sejarah.
Misalnya, ada kekhawatiran bahwa penggunaan AI untuk menganalisis kumpulan data besar informasi pribadi, seperti rekam medis atau data sensus, dapat membahayakan privasi individu.
Sejarawan harus transparan tentang data yang mereka gunakan dan memastikan bahwa data tersebut digunakan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.
Penggunaan AI dalam penelitian sejarah berpotensi merevolusi bidang kesejarahan. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis kumpulan data besar dari informasi historis, sejarawan dapat mengungkap wawasan dan koneksi baru yang mungkin terlewatkan oleh metode penelitian tradisional.
Meskipun ada tantangan untuk menggunakan AI dalam penelitian sejarah, manfaatnya signifikan, termasuk menghemat waktu dan sumber daya, membuat penelitian lebih mudah diakses, serta mengatasi bias dan keterbatasan dalam penelitian tradisional.
Seiring kemajuan teknologi, penting bagi sejarawan untuk menggunakan alat dan metodologi baru yang dapat membantu mereka lebih memahami masa lalu dan dampaknya pada masa kini.
(Tulisan ini sudah diterbitkan di kompas.com dengan judul yang sama [https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/09/103217165/sejarawan-dan-kecerdasan-buatan?page=all#page2] pada Selasa, 9 Mei 2023)
Virdika Rizky Utama