Tantangan dan Peluang Indonesia Lakukan Dedolarisasi dan Gabung BRICS

Pada Mei ini, Indonesia bekerja sama dengan Bank Sentral Korea Selatan dan beberapa negara Asia Tenggara dalam penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi, yang merupakan contoh nyata dari upaya ini.

Tujuan utama dedolarisasi adalah menciptakan stabilitas nilai tukar bagi mata uang lokal (rupiah) dan meningkatkan kedaulatan moneter. Fenomena dedolarisasi secara struktural yang terjadi di berbagai negara, terutama di negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang signifikan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional diperkirakan akan terus menurun dalam beberapa dekade mendatang.

Sementara itu, pembicaraan mengenai mata uang gabungan negara-negara BRICS dan penggunaan mata uang lokal dalam sistem pembayaran global semakin ramai. Namun, penggantian dolar AS sebagai mata uang dominan dalam perdagangan internasional memerlukan waktu yang panjang dan melibatkan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi yang besar dapat memperkuat kerja sama dan koordinasi di antara emerging market melalui forum seperti BRICS. Hingga saat ini, Indonesia masih mempertimbangkan untuk menjadi anggota BRICS.

China mengakui bahwa Indonesia merupakan kandidat potensial untuk BRICS sebagai emerging market dan negara Muslim terbesar. Terlebih lagi, Indonesia berkomitmen terhadap stabilitas global dan ekonomi dunia yang terbuka.

Namun, BRICS belum memiliki aturan dan prosedur untuk perluasan keanggotaan. Adaptasi paradigma dan pandangan diperlukan jika Indonesia ingin bergabung dengan BRICS dan mengimbangi kemampuannya.

Manfaat dan tantangan pasti akan membuntuti apabila Indonesia tergabung dalam keanggotaan BRICS. Beberapa tantangan apabila Indonesia bergabung dengan BRICS adalah perbedaan sistem politik dan nilai-nilai antara anggota BRICS, serta potensi persaingan ekonomi.

Karena itu, Indonesia perlu mempertimbangkan dengan cermat langkah-langkah yang akan diambil. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun kerja sama yang lebih erat dan inklusif di antara anggota BRICS, serta meningkatkan koordinasi dengan negara-negara emerging market lainnya, seperti yang ada dalam kelompok MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia).

Tantangan Geopolitik bagi Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman geopolitik yang cukup kompleks jika terus melakukan dedolarisasi dan bergabung dalam penggunaan mata uang BRICS. Indonesia berpotensi konflik dengan AS, yang merasa terancam oleh penurunan dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.

Hal itu bisa memengaruhi hubungan diplomatik dan perdagangan antara Indonesia dengan AS, serta negara-negara Barat lainnya, yang masih memiliki pengaruh signifikan dalam perekonomian global.

Indonesia juga harus siap menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik yang muncul akibat perubahan struktural ini. Perubahan dalam sistem moneter global dan penggunaan mata uang BRICS memerlukan adaptasi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan institusi keuangan.

Manfaat dan tantangan pasti akan membuntuti apabila Indonesia tergabung dalam keanggotaan BRICS. Beberapa tantangan apabila Indonesia bergabung dengan BRICS adalah perbedaan sistem politik dan nilai-nilai antara anggota BRICS, serta potensi persaingan ekonomi.

Terlebih lagi, proses ini akan melibatkan negara-negara dengan latar belakang politik, ekonomi, dan budaya yang beragam, sehingga meningkatkan risiko ketidakstabilan dan ketegangan geopolitik. Indonesia juga harus jeli terhadap ancaman stabilitas regional dan global yang muncul akibat rivalitas negara-negara adidaya, seperti AS, China, dan Rusia. Masing-masing negara tadi mempunyai kepentingan strategis di kawasan Asia Pasifik.

Tergabungnya Indonesia ke dalam BRICS berpotensi memperburuk ketegangan dan posisi Indonesia menjadi lebih rentan terhadap tekanan eksternal. Untuk mengatasi tantangan dan ancaman geopolitik ini, Indonesia perlu membangun strategi yang seimbang dan fleksibel.

Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain melibatkan diplomasi multilateral yang aktif untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara adidaya, sekaligus mempererat kerja sama dengan negara-negara BRICS dan emerging market lainnya.

Indonesia juga perlu memperkuat kerja sama regional dengan negara-negara ASEAN dan menjaga hubungan yang baik dengan negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik. Mengembangkan jaringan kerja sama dan dialog dengan mitra regional dapat membantu mengurangi potensi ketegangan geopolitik dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil untuk dedolarisasi dan keanggotaan BRICS.

Langkah berikutnya adalah memperkuat sektor ekonomi dan meningkatkan daya saing untuk menghadapi persaingan global. Diversifikasi ekonomi, inovasi teknologi, dan investasi dalam sumber daya manusia akan menjadi langkah penting dalam membangun fondasi ekonomi yang kuat.

Pemerintah Indonesia pun harus memiliki kebijakan yang mendukung dedolarisasi, seperti mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam kebijakan perdagangan dan investasi, serta mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi domestik maupun internasional.

Penguatan lembaga keuangan dan sistem pembayaran juga diperlukan untuk memfasilitasi penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan.

Di samping itu, Indonesia perlu membangun kapasitas diplomasi yang kuat untuk berperan aktif dalam negosiasi dan kerja sama di forum internasional, termasuk dalam BRICS. Mempromosikan kepentingan nasional dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan negara-negara anggota BRICS dan mitra lainnya akan menjadi kunci dalam memanfaatkan potensi keanggotaan BRICS.

Tetapi, Indonesia harus berpegang pada prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang independen dan berorientasi pada kepentingan nasional. Dalam hal ini, menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan berbagai kekuatan global akan menjadi penting untuk melindungi kepentingan nasional dan menghindari konflik yang merugikan.

Secara keseluruhan, dedolarisasi dan potensi keanggotaan BRICS dapat memberikan peluang besar bagi Indonesia dalam mencapai stabilitas ekonomi, meningkatkan kedaulatan moneter, dan memperkuat peran Indonesia di tingkat internasional. Namun, tantangan geopolitik yang kompleks juga harus dihadapi dengan bijak dan strategis.

Indonesia perlu mempertimbangkan dengan cermat manfaat dan risiko dalam mengambil keputusan, serta membangun strategi yang seimbang dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan nasional yang diinginkan.

(Tulisan ini sudah diterbitkan di kompas.com dengan judul yang sama [https://money.kompas.com/read/2023/05/09/111221726/tantangan-dan-peluang-indonesia-lakukan-dedolarisasi-dan-gabung-brics?page=all#page2], pada Selasa, 9 Mei 2023)

Virdika Rizky Utama